Kupang, Nusa Tenggara Timur
- Dinda
- 3 Apr 2018
- 3 menit membaca
Diperbarui: 7 Mei 2018

Pramugari saat itu meminta semua penumpang untuk segera mengenakan kembali sabuk pengaman karena pesawat akan segera landing. Bukannya ngencengin sabuk pengaman, aku malah nengok ke jendela dan liat pulau yang lagi aku lewatin.
Pulau Gundul.
Semuanya cokelat. Gak ada ijo-ijonya.
Bahkan pesawat landing di antara rumah-rumah warga.
Begitu turun dari pesawat, ASELI KUPANG PANAS DAN KERING!
Aku sempat nunggu sekitar 2 jam di bandara karena nungguin temen-temen lainnya. maksudnya biar ongkos taksinya murah gitu hahaha. Aku nunggu teman-teman di tempat nunggu yang amat sangat tidak nyaman bagiku. Kenapa? Pertama, tempat duduk terbatas. Kedua, sekalinya duduk si matahari bisa langsung nyium kulit kita alias gak ada penghalang matahari. Alhasil badan basah. Akhirnya aku pindah ke mushola. Lumayan ada ACnya hehehe.
Setelah temen-temen yang lain dateng, baru deh kita menuju tempat nginap. Kebetulan kita dikasih tumpangan sama temen-temen GMNI yang ada di Kupang. Kita diijinin tidur beberapa hari di sekre mereka. Alhamdulillah irit. Ehehehe.
Oh iya, kalo temen-temen bingung mau naik apa dari bandara Kupang ke tempat tujuan, kalian bisa pake taksi bandara ongkosnya Rp.80.000 per mobil. Mobilnya pun bukan mobil sedan seperti di Jakarta, tapi mobil avanza, xenia, dan yang sejenisnya. Jadi buat yang bawa rombongan aku saranin pake taksi bandara aja. Petugasnya juga baik, enggak sembarangan nembak harga. Kemarin satu mobil ditumpangi 6 orang cewe-cewe dan pak supirnya baik banget enggak minta harga tambahan. Lagi-lagi alhamdulillah. Ada juga nih buat temen-temen yang solo traveller bisa pake taksi online. Meskipun bukan gojek, uber atau go car. Ini aplikasi buatan anak daerah sana nama aplikasinya Beta Antar bisa kalian download via playstore. Tarifnya? Pasti lebih murah dari taksi bandara.
Selama di perjalanan, lagi-lagi aku sebagai penikmat jalan, sibuk ngliatin pemandangan dari kaca taksi kala itu. Pohon berbaris rapih di sepanjang jalan tapi kering. Pohon banyak tapi yang berdaun hanya pohon lontar mungkin.

Aku dan temen-temen menginap 2 malam disana. Bener-bener makasih banget sama temen-temen GMNI disana yang udah ngasih kami tumpangan Cuma-Cuma. Padahal gak ada yang kenal satu sama lain. Bahkan kami dijamu makan bareng, sebaik itu mereka. Ibaratnya walaupun Kupang puanasnya kebangetan tapi semua jadi gak terasa karena emang orang-orang disana ramah-ramah BANGET!
Ah iya, sebelum berangkat ke Kupang, aku selalu ditakut-takutin perihal makanan. Banyak yang bilang susah nyari nasi ataupun makanan lauk pauk yang seperti di Jakarta. Haduuuuh! Kupang itu ibu kota provinsi bukan suku pedalaman. Gampang banget nemuin makanan ala Jakarta (Nasi dan teman-temannya) disini. Bahkan dengan harga Rp. 10.000 kalian udah bisa makan kenyang plus plus. Kenapa plus plus? Karena porsi di Kupang itu 2 kali porsi rumah makan sederhana. SERIUS sebanyak itu.
Sekarang kita beralih ke air. Kayaknya semua penduduk di Kupang terbiasa menampung air di dalam sumur buatan deh. Tapi airnya bukan dari tanah, tapi beli di agen air. Mereka biasa beli air seharga 80.000 untuk satu truk air. Aku lupa berapa liternya. Konsep air bersih di Jakarta dan Kupang berbeda ya. Kalo di Jakarta air bersih ya gak berwarna dan tidak berbau. Tapi kalo di Kupang, air bersih tetap ada minyak-minyaknya. Kalo aku tidak salah, air mereka sedikit mengandung kapur. KALAU TIDAK SALAH YAAAA..tapi meskipun begitu, airnya termasuk dalam air bersih. So far gak ada masalah berarti sih di kulit, malah jerawat kecil-kecil aku hilang selama di sana! Hahahaha.
Sebetulnya tujuan ke Kupang itu hanya untuk transit sebelum aku dan teman-teman melanjutkan perjalanan ke Pulau Rote. Jadi kami tidak sempat jalan-jalan disana. Paling Cuma mengunjungi pantai Lasiana yang sunsetnya bagus banget! Aku ceritakan di postingan selanjutnya yaa.
Sekian ceritaku di Pulau Kering nan berlimpah rezeki ini.
Yorumlar